Pada dasarnya Gampong Lambaroh adalah suatu daerah yang terletak di lingkungan perbukitan dan daratan , dan sebelum kemerdekaan, wilayah Gampong Lambaroh di datangi oleh penduduk yang berasal dari berbagai daerah dan menjadikan wilayah itu sebagai tempat bercocok tanam, ketika itu penduduk tersebut bercocok tanam di daerah pegunungan yaitu Gunung/Glee Beutong sesampai mereka menjadikan glee beutong tersebut menjadi sebuah pemukiman selayaknya gampong-gampong seperti sekarang ini yang disertai dengan segala fasilitas-fasilitas seperti: balai pertemuan (balee duek), balai pengajian (balee beut), rumah (rangkang), pos jaga (jambo) dan mushalla/tan nama empat ibadah (meunasah) yang sampai saat ini masih tersisa puing-puing dan fondasi meunasah tersebut ala tempoe doeloe yang kerap lebih akrab disebut dengan nama “MEUNASAH BEUTONG”, sehinggga beberapa kurun waktu berlalu, kemudian penduduk terus bertambah dan akhirnya menjadikan sebuah wilayah itu sebagai salah satu pemukiman yang dipimpin oleh Peutua dengan era perubahan kearah yang lebih modern, peutua selaku pimpinan di wilayah tersebut mengupulkan masyarakat/penduduk untuk bermusyawarah, dalam mufakatnya peutua dan staff-staff serta penduduk mengajak untuk turun kebawah “troen u baroh” guna bermukim, sehingga dari ajakan turun ke bawah (troen u baroh) guna untuk bermukim dan menamakan Mukim/Gampong tersebut dengan nama Gampong “Lambaroh” yang di dasarkan pemukiman dari atas gunung yang turun kebawah untuk bermukim/gampong yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Ulee Balang.